| UTAMA | | ULASAN |

22 Januari 2008

CERITA TENTANG
MANUSIA INDONESIA


Seorang ayah merasa terganggu, karena anak lelakinya tidak henti menggelayuti pundaknya, padahal sang ayah sedang serius menyelesaikan pekerjaan di komputer. Untuk mengalihkan perhatian sang ayah merobek-robek peta Indonesia untuk dijadikan puzzle, lalu sang anak diperintahnya untuk menyusun kembali peta itu. Secara cepat sang anak ternyata mampu menyusun peta Indonesia yang robek itu. Sang ayah terkesima, lalu bertanya :
“Dari mana kamu belajar peta Indonesia ?”.
“Saya tidak pernah belajar Ayah “ jawab sang anak.
“Tapi kok begitu cepat menyusun peta ini ? “ kejar sang ayah penasaran.
“Dibalik peta ini ada gambar manusia, jadi gampang saja menyusunnya”

Cerita tersebut saya kutip dari seorang rohaniwan, lalu dia melanjutkan bahwa inti dari cerita itu adalah jika kita ingin mempersatukan Indonesia mulailah dengan membangun manusianya.
Saya tercenung.Lalu ingatan saya mengembara ke masa lalu saat saya bicara santai dengan sobat saya almarhum Luther Kalasuat (Jurnalis senior asal Papua). Tiba-tiba saja Luther bertanya hal yang sulit .

“ Coba sampaikan secara jujur, apa yang ada dalam pikiranmu soal Papua “
Saya terdiam dan jujur saja tidak berani menjawab.
“ Oke saya tidak marah kok, apa yang kamu pikirkan juga banyak dipikirkan oleh orang-orang lain termasuk pejabatnya. Yang ada diotak mereka soal Papua adalah kekayaan hutannya, kekayaan tambangnya pokoknya kekayaan alamnya, hampir tidak pernah terlintas soal manusia Papuanya “. Ujar Luther dengan santai tanpa beban.

Ya almarhum Luther benar, kita jarang memikirkan manusianya yang terpikirkan adalah bagaimana mengeksploitasi kekayaan alamnya, jadi jangan heran jika suku Amungwe yang berada di lokasi Freepot, masih terpuruk hidupnya. Penguasa hanya memikirkan emas di perut bumi Papua. Tidak memikirkan perut orang Papua.Saya hanya bisa merenung saja dalam diam, sering kita dengarkan jargon di masa lalu “membangun manusia Indonesia seutuhnya”, tapi itu semua hanya berhenti di jargon saja. Sampai saat ini kita belum utuh, kita memerlukan keteladanan dari pemimpin kita. Dan jangan pernah berhenti berharap, sebab pemimpin kita juga manusia ……………….

Tidak ada komentar: