TKI
Riwayatmu Sedari Dulu...
Dalam setiap penerbangan dari dan ke Singapura, Malaysia, Hongkong, Korea Selatan dan jazirah Arab penulis sering berbarengan dengan serombongan tenaga kerja Indonesia, mereka selalu berkelompok dan mudah dikenali. Bagi mereka yang berangkat dari Jakarta, wajahnya kelihatan penuh harap namun acapkali gagap dan sering menyulitkan pramugari penerbangan asing, karena faktor bahasa dan kebanyakan baru pertamakali naik pesawat udara. Tetapi kru pesawat asing itu melayani mereka penuh kesabaran dan justru membantu mereka agar mengerti peraturan sebagai penumpang pesawat. Sementara bagi mereka yang pulang ke tanah air, wajahnya penuh kegembiraan dan penampilannya sudah lebih modis, meski tetap saja selalu berkelompok. Seperti yang saya temui ketika penulis transit di Bandar Udara Qatar dari perjalanan Amman Yordania ke Jakarta beberapa waktu lalu. Di Bandara Qatar yang modern, sepertihalnya penumpang lainnya rombongan TKI itu mendapatkan layanan kemewahan negeri kaya itu, mereka sangat gembira dan benar-benar menikmati. Di dalam pesawat pun mereka diperlakukan sebagai tamu terhormat seperti layaknya penumpang yang membayar tiket ke maskapai penerbangan asing ini, termasuk para pramugari bule, sangat ramah kepada para TKI kita itu. Ketika transit di Bandar Udara Internasional Changi Singapura, mereka juga terlihat gembira menikmati kemegahan dan layanan publik yang sangat profesional di Changi ini, meskipun bayang-bayang kelelahan tergurat diwajah mereka. Akan tetapi kecemasan mulai tampak di wajah mereka ketika roda pesawat menjejak runway Bandar udara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng, kecemasan itu semakin menebal ketika keluar dari pintu pesawat. Penulis seringkali menyaksikan ritual itu, sungguh ironis para TKI kita yang di bandara luar negeri diperlakukan secara terhormat sebagaimana layaknya penumpang pesawat lainnya, tapi justru di negeri sendiri mereka diperlakukan sebagai warga negara kelas tiga ! Rombongan TKI itu dihalau petugas ke tempat antrean imigrasi yang berbeda dan dipisahkan dengan penumpang lainnya, perlakuan terhadap mereka benar-benar menyakiti rasa kemanusiaan kita. Belum lagi sikap petugas perusahaan penukaran valuta asing, mereka memaksa dan mengintimidasi agar para TKI menukar uangnya di Bandara, padahal harganya sangat rendah dibanding nilai tukar resmi . Pemerasan dan intimidasi terhadap mereka berlanjut terus dari loket imigrasi sampai ke penyewaan kendaraan menuju ke kampung halaman, calo-calo yang bersekutu dengan petugas bergentayangan menjarah dan memangsa isi dompet mereka. Bahkan para keluarga yang menjemputTKI pun tidak diperbolehkan menemui mereka di Terminal khsusus TKI, kecuali kalau memberikan uang sogok. Sudah banyak diberitakan soal perlakuan tidak manusiawi terhadap para pahlawan devisa itu, yang mencari kerja keluar negeri, yang memeras keringatnya secara spartan di negeri orang, yang jauh meninggalkan keluarga demi masa depan, karena di tanah air, masa depan itu adalah ketidakpastian. Para TKI itu adalah orang-orang hebat, mereka membantu memecah kebuntuan pemerintah yang belum mampu menyediakan lapangan kerja yang luas, seharusnya disambut dengan karpet merah bukan “kapak merah “. Kita memberikan apresiasi yang tinggi atas perhatian Presiden SBY terhadap nasib TKI, seperti yang dilakukan dalam kunjungannya ke Malaysia, Presiden SBY secara khusus menyediakan waktu menemui Nirmala Bonat TKI yang disiksa majikannya, ini akan memberikan efek psikologis yang positif bagi perlindungan hukum terhadap TKI kita di luar negeri. Tinggal bagaimana jajaran aparat pemerintahan dibawahnya menerjemahkan secara benar untuk melindungi TKI terutama di dalam negeri, memang pemerintah telah banyak membentuk beberapa institusi untuk melindungi TKI. Termasuk membentuk Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia ( BNP2TKI ), akan tetapi pemerasan dan pelecehan terhadap TKI masih berlangsung terutama di Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Jangan-jangan semakin banyak pengawasan justru semakin in-efisiensi.
15 Januari 2008
Diposting oleh The Indonesia Now di 16.59
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar